Ya, mungkin sebagian akan menjawab seragam surjan supir andong, seragam prajurit keraton, atau bahkan stagen mbok-mbok jamu gendong.
Menurut Ninik Darmawan yang juga ketua APPMI Yogyakarta, lurik merupakan tenun tradisional yang kesulitan mendapat tempat di daerah asalnya sendiri. Untunglah kecintaannya dan semangatnya untuk memajukan lurik, industri lurik dan pengrajinnya ini mendapat dukungan penuh dari Dinas Kebudayaan Yogyakarta.
Fashion show yang digelar Ninik Darmawan ini, selain sebagai show tunggal tahunan, juga untuk mempublikasikan ke publik akan kecintaannya serta usaha pemberdayaan terhadap kain tradisional jawa ini. Selain mengenalkan lurik dan motif-motifnya, juga untuk menggali potensi kain maupun pengrajinnya.
Fashion show ini disertai dengan pameran foto, pameran motif-motif lurik, pemutaran film dokumenter, peluncuran buku, serta "pasar tiban" yang memboyong langsung para pengrajinnya.
Ninik Darmawan |
Desainer Jogja berpose dengan mengenakan Lurik |
Koleksi kali ini, sesuai judulnya, memunculkan keindahan lurik dalam sebuah kesederhanaan. semua dikerjakan secara apik tanpa tambahan ornamen yang mencolok. Hanya sesekali batuan dan kuningan tampak menghiasi. Kemeja yang diadopsi dari surjan, perpaduan dengan tenun Nusa Tenggara, serta penggunaan tulle untuk cocktail dress memuculkan kesan mewah. Dress dengan potongan baby doll, dan hemlines pendek yang menggelembung tampak manis dan berkesan modern. Teknik patchwork digunakan untuk memunculkan pola-pola geometris sehingga lurik tak berkesan monoton. Penempatan garis lurik yang diagonal mampu memberi ilusi optik yang menjadikan pemakainya tampak lebih langsing.
No comments:
Post a Comment