Kopi dan Teh
Tanpa kita sadari dua jenis tanaman yang berakhir dalam cangkir kita masing-masing itu sering kali bersaing.. Ya, bersaing. Mereka memperebutkan cangkir kita tiap pagi. Bagai piala bergilir dalam kompetisi yang terus diperebutkan, mereka melakukan apa pun untuk gelar terhormat sebagai teman paling awal bagi kita tiap pagi.
Kopi dan Teh, atau harus kita sebut Teh dan Kopi, agar berimbang. Tak melulu yang disebut pertama adalah Sang Juara kan? Tapi siapa tahu, tiap malam dari lemari dapur mereka berdebat untuk itu. Kita tak pernah tahu, seberapa jauh kompetisi mereka. Seperti Kucing yang tinggal di pasar dengan banyak Tikus berkeliaran tiap hari atau seperti Singa di savana kering yang ditinggal penghuninya bermigrasi mencari rumput hijau.
Teh dan Kopi
Mereka sama-sama bukan penghuni asli dapur kita.Mereka berasal dari koloni nun jauh di sana. Di mana mereka tumbuh dalam sukunya. Masing-masing berbaris rapi dalam lajur-lajur tanah subur. Mereka dipuja oleh para pengolah tanah, para pemetik, namun dihina oleh para pengepul dengan harga murah.
Mereka Teh dan Kopi, begitulah adanya.
Kopi dan Teh
Mereka berjuang panjang, lebih panjang dari hidup mereka di gunung dan hutan. Mereka harus rela dipisahkan dari keluarga mereka, dicerabut, kadang paksa, kadang lembut. Mereka dijejalkan dalam keranjang, dalam zak seperti barang tak berharga. Ditumpuk, ditimbun, pengap, sempit.
Belum, belum berhenti sampai di sana penderitaan mereka. Kopi dan teh masih harus disengat matahari, dipanggang bara api, lalu yang paling parah, mereka dikoyak.
Belum selesai sampai di sana, mereka masih harus berkompetisi berebut pagi kita. Merebut tahka dalam cangkir putih mungil. Berebut siraman air panas pertama, adukan demi adukan dengan bubuhan gula, dan akhirnya mengalir melewati bulir-bulir papil pengecap di lidah kita lalu menggelontor dalam kerongkongan kita.
Kopi dan Teh
Tak pernah bisa berdamai. Sejarah tak mencatat keintiman mereka. Tak seperti sang Susu yang selalu sanggup beraliansi dengan apapun, tak seperti Si Cokelat yang sanggup berduet. Kopi dan Teh memang ditakdirkan bersaing, berebut pagi kita, hingga tak ada lagi matahari bersinar setelah subuh terjaga
No comments:
Post a Comment